Langsung ke konten utama

Pengasuh Baru

Baldwine Honest
Tribun Kaltim, Minggu, 30 Desember 2018


Dalam kondisi dan alasan tertentu, seorang ibu memilih untuk bekerja di luar rumah. Dan, bagi ibu bekerja,  kehadiran seorang pengasuh untuk membantu  mengasuh anak adalah penting. Ketika anak dan ibu sudah cocok dengan seorang pengasuh, maka situasi akan baik-baik saja. Namun, bagaimana apabila pengasuh yang selama ini sudah dipercaya dan dinilai baik, kemudian harus pulang kampung dan tidak bisa bekerja lagi ? Penyebabnya macam-macam, yang paling umum biasanya karena mau menikah. Ibu mana yang tidak resah ? Sementara tidak mudah membiasakan anak dengan pengasuh yang baru. Bagaimana proses penggantian pengasuh yang baik, agar anak nyaman?
Idealnya, sebelum pengasuh lama berhenti bekerja, pengasuh baru harus sudah ada, paling tidak tiga bulan sebelumnya. Hal ini memberi kesempatan kepada pengasuh baru untuk belajar dan melihat langsung kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan pengasuh lama kepada anak. Akan tetapi, hal ini tidak mudah. Tak jarang pengasuh lama sudah meminta pulang, padahal kita belum mendapatkan penggantinya.
Yang bisa kita lakukan sebelum mengganti pengasuh adalah, menjelaskan pada anak, apa itu “mbak” atau pengasuh. Apa perannya dalam keluarga, dan mengapa ada pergantian pengasuh. Ajak anak berbicara tentang pengasuh lamanya supaya kita mendapat gambaran pengasuh seperti apa yang anak  inginkan. Setelah dating  pengasuh baru, kenalkan pada anak, namanya dan mengapa untuk apa datang ke rumah.
 Di tahap awal, sebagus apapun pengasuh, memang harus diajarkan kebiasaan – kebiasaan yang  kerap dilakukan pada anak. Misalnya, bagaimana kebiasaan anak mandi, bagaimana cara menyabuni badan dan mengeramasi rambutnya. Atau mainan apa yang paling disukai anak, kebiasaan minum susunya, dan lainnya.
Sangat dianjurkan agar orangtua tetap menjadi mediator di saat awal masa transisi itu terjadi. Jangan biarkan pengasuh baru melakukan dengan caranya sendiri, meskipun ia sudah berpengalaman, karena tradisi tiap anak, tiap keluarga berbeda-beda. Jika ayah dan ibu bekerja, penting bagi ibu untuk bisa mngambil cuti beberapa hari atau seminggu, untuk membantu proses adaptasi antara anak dan pengasuh barunya. Perhatikan reaksi anak, karena akan terlihat dengan mudah apakah ia nyaman atau tidak pada pengasuh barunya. Kalau pengasuh baru tersebut bagus dan senang pada anak-anak, biasanya tidak butuh waktu lama untuk bisa akrab dengan anak. Ketika ibu sudah melihat semuanya sesuai harapan, maka ibu  bisa tenang kembali bekerja.
Namun, ada kemungkinan pengasuh baru jauh dari harapan dan tidak bisa menyesuaikan kondisi anak. Pilihannya, kita harus mencari pengasuh baru lagi, atau  anak dititipkan ke Tempat Pengasuhan Anak (Day Care) yang cocok selama ibu bekerja, dan terakhir, ibu harus berheni bekerja, demi mendidik dan mengasuh anaknya.

Oleh Baldwine Honest Gunarto, M.Pd
Dimuat di Tribun Kaltim, 30 Desember 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtua, baik peran ayah dan ibu  sangat mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan anak. Mereka harus melibatkan diri sec

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK             Afeksi adalah suatu bentuk kebutuhan cinta dan kasih sayang yang di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima. Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan dan persahabatan yang ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan afeksi adalah pada saat usia dini. Karena, kekurangan afeksi saat usia dini dapat membahayakan perkembangan anak hingga dewasa.             Seorang anak, sejak lahir membutuhkan kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Kita sebagai orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan lebih baik sejak anak kita berada di dalam kandungan.             Namun, bisa saja karena suatu hal, anak tidak terpenuhi kebutuhan afeksi tersebut. Bisa jadi karena orang tua mereka dalam kondisi tertekan, tidak bahagia, tidak harmonis, atau berada di lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang yang penuh