Langsung ke konten utama

DENGAN PUJIAN, ANAK BELAJAR MENGHARGAI

Pujian adalah salah satu cara kita mengekspresikan kasih sayang kita. Kata-kata pujian bisa memotivasi anak dan membuat mereka merasa dihargai. Pujian memupuk harga diri mereka, dan membantu mereka belajar menghargai siapa mereka dan akan menjadi apa mereka nanti.
Memuji anak-anak kita atas upaya-upaya maupun prestasi-prestasi mereka adalah salah satu tugas kita yang terpenting sebagai orangtua. Hendaknya kita tidak ragu-ragu memberikan pujian dengan murah hati. Tidak ada yang namanya terlalu banyak pujian dalam soal mendorong harga diri seorang anak. Dengan memuji, kita membantu anak-anak membangun kepercayaan diri yang dapat mereka manfaatkan ketika kita tidak hadir atau ketika mereka mengalami masa-masa sulit. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa pujian dan penghargaan yang kita berikan kepada anak-anak sekarang bisa bertahan seumur hidup.
Ketika kita memuji anak-anak kita, kita juga memberi model tentang bagaimana caranya memperhatikan dan mengekspresikan penghargaan mereka terhadap sesama dan dunia disekeliling mereka. Ini akan membantu mereka menciptakan hubungan-hubungan yang sehat dan menjadi individu yang menikmati kehidupan, membawakan sikap positif kepada situasi-situasi dan orang-orang yang mereka jumpai. Pujian mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang menyenangkan.
Setiap anak berhak mendapatkan pujian, dalam hal-hal yang paling sederhanapun. Misalnya, ketika sang kakak menjaga adiknya dengan baik, kita bisa mengatakan bahwa dia adalah kakak yang hebat dan pengertian. Satu contoh lagi, ketika anak kita sudah belajar keras untuk mengikuti suatu lomba, dan ternyata tidak menang, maka kita tetap memuji mereka dan mengatakan, bahwa usaha keras mereka sudah luar biasa, kita bangga dan itulah yang terbaik buat kita. Dengan menerima pujian ini, mendorong mereka untuk menghargai diri sendiri.
Namun yang perlu diingat, memuji anak-anak memang penting, tetapi yang lebih penting adalah ketulusan kita dalam memuji. Dan hendaknya sebuah pujian tidak kita gunakan sebagai pengganti kasih dan perhatian. Anak-anak tetap lebih mementingkan perhatian dan kasih sayang yang tulus, dibandingkan sekedar pujian dan penghargaan materi.

Ketika kita menghargai dan memuji anak-anak kita, kita ajari mereka untuk menghargai serta mensyukuri dunia di sekeliling mereka. Meluangkan waktu dan berusaha menemukan kebaikan dalam setiap harinya akan membuat kehidupan anak-anak kita, serta kenangan masa kecil mereka, jauh lebih membahagiakan.

by : Baldwine Honest Gunarto

( Dimuat di Harian TRIBUN KALTIM, Minggu, 10 November 2013 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI PERTAMA SEKOLAH

Mengantar  anak ke sekolah untuk pertama kalinya mungkin menimbulkan serangkaian emosi orangtua. Bisa jadi kita merasa bangga, bergairah, dan bahagia. Jika selama ini anak selalu bersama kita di rumah, mungkin kita merasa lega, sebab dalam beberapa hari dalam seminggu, kita memiliki jam-jam bebas. Dan kadang kita mungkin merasa bersalah dengan pikiran seperti itu. Kita mungkin khawatir anak kita belum siap ke sekolah, secara emosional dan perkembangnannya. Kita mungkin merasa sedih karena anak kita bukan lagi seorang bayi. Ya, mereka memang masih kecil, tetapi mereka sudah cukup umur untuk masuk sekolah dan itu menandai tahapan baru kehidupannya. Kita mungkin mengalami perasaan-perasaan ini semuanya sekaligus, sebagian, atau tidak sama sekali. Atau mungkin bisa saja kita merasakan semuanya pada saat yang sama, atau berganti-ganti. Minggu-minggu sebelum sekolah dimulai, anak kita mungkin mengalami bermacam-macam emosi. Mereka mungkin bergairah, bingung, cemas, bahkan tertegun. Me...

MENGATASI RASA PEMALU PADA ANAK

Ketika anak mulai mengenal dunia luar, selain keluarga dan lingkungan rumahnya, maka sifat pemalu anak akan terlihat. Ada anak yang terlalu pemalu, ada juga yang terlalu percaya diri.  Mengapa anak kita pemalu? Dan bagaimana mengatasinya? Beberapa situasi yang biasanya dialami anak menjadi pemalu adalah : Bertemu dengan orang yang baru dikenal, tampil didepan orang banyak, atau situasi baru (misalnya sekolah baru, pindah rumah baru). Pada dasarnya, pemalu bukanlah hal yang menjadi masalah atau dipermasalahkan dan bukan merupakan abnormalitas. Akan tetapi, masalah justru muncul akibat sifat pemalu. Misalnya, ketika berada di rumah teman/tetangga, anak ingin buang air kecil tapi malu minta ijin ke toilet,  anakpun menahan keinginan buang air dan akhirnya mengompol. Pemalu juga bisa mengakibatkan anak tidak bisa mengembangkan potensinya, misalnya anak mempunyai bakat menyanyi, tetapi karena pemalu, maka anak tidak mau tampil. Hal ini sangat disayangkan. Untuk mengatasi sifat...