Langsung ke konten utama

Mindfull Parenting


MINDFULL PARENTING


           
  Ada tantangan tersendiri ketika mengasuh dan mendidik anak di jaman sekarang. Hubungan yang renggang sering terjadi karena orang tua dan anak masing-masing merasa benar. Ada sebuah teori pengasuhan yang bisa membangun hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak dari Siegel dan Hartzell (2003), yang bias kita terapkan dalam mengasuh dan mendidik anak kita, yaitu Mindfull Parenting.
Mindful Parenting artinya “Mengasuh berkesadaran” dimana mengacu pada kesadaran orang tua dalam mengasuh yang mengacu pada konsep yang berkesadaran, eling dari pikiran, ucapan dan perilaku yang kurang pantas. Konsep pengasuhan ini sebenarnya sangat mudah untuk diadopsi jika orang tua memiliki perhatian yang benar dan sadar menerima pengalaman saat ini (present moment),  sehingga orangtua bisa memadukan antara pendengaran dan perhatian penuh.
Beberapa hal dalam Mindful parenting tersebut bisa kita praktek kan, yaitu :
1.      Mendengarkan
Mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan empati. Dalam arti, ketika anak berbicara, kita harus mendengar dengan penuh perhatian dan ketika kita berbicara juga betul-betul kita menghadirkan diri kita sehingga kita terkonsentrasi dan sadar bahwa diri kita dihadapannya. Dengan begini, kita dapat memperhatikan wajahnya, mendengarkan intonasinya, dan melihat mimiknya. Sehingga kita paham apa sih yang sedang terjadi dengan anak kita. Jadi bukan sekedar berbicara sambil melihat handphone, menonton televisi atau melakukan kegiatan lainnya. 
2.      Mengendalikan emosi.
Kita sebagai orang tua mesti sadar bahwa bila sesuatu masalah terjadi, tidak ada gunanya diselesaikan dengan emosi. Nah pertanyaannya adalah, bagaimana supaya bisa mengendalikan emosi itu? Caranya adalah : mendengarkan mereka dan tidak menghakimi dengan kata-kata kita. Tidak  perlu terlalu menuntut sebuah kesempurnaan dari anak-anak kita. Artinya, kita tidak perlu selalu melihat sisi yang kurangnya tapi lihat sisi baiknya mereka.
3.      Adil dan Bijaksana.
Orang tua diajak untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh anak, bukan apa yang diinginkan. Ketika kita mengikuti semua yang diinginkan maka tidak akan selesai dan tidak dapat mendidik mereka. Namun, kita dapat memutuskan secara adil dan bijaksana apa yang dibutuhkan, mana yang boleh dan mana yang tidak untuk diberikan.
4.      Kasih sayang.
Ketika kita menunjukkan kasih saying dan cinta kita, anak akan lebih melihat hak hidupnya sehingga dapat lebih menghargai orang lain.

Itulah beberapa inti dari Mengasuh Berkesadaran (Mindful Parenting) yang bisa kita terapkan. Orangtua yang memiliki kesadaran dalam mendidik dan mengasuh, akan bisa menciptakan anak-anak yang mempunyai karakter baik dan berkepribadian unggul.

by : Baldwine Honest, M.Pd
Dimuat di Tribun Kaltim, Minggu, 5 Agustus 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...