“Tergesa-gesa membuat kita semakin
terlamat”. Ini adalah kalimat bujak yang bisa kita cermati. Orang yang tergesa-gesa ketika hendak berangkat ke luar
rumah, biasanya malah ada saja barang
bawannya yang tertinggal. Dan ketikan ia harus kembali lagi masuk rumah untuk
mengambil barang yang tertinggal itu, sesungguhnya ia telah memperlambat atau
menghambat sendiri langkahnya. Ia akan tambah terlambat, hustru karena
ketergesaan yang ia lakukan. Contoh ini hanya ingin menjelaskan kepada kita
bahwa tergesa-gesa tidak perlu kita lakukan, meskipun dengan alasan untuk
mempercepat pekerjaan.
Demikian juga ketika kita hendak
berinteraksi dengan bayi. Ketergesaan hanya akan membuat bayi semakin tidak
nyaman. Bayi juga menangkap interaksi yang dingin dari orangtuanya. Ia tidak
merasakan kehangatan. Jika dalam sehari terjadi rutinitas yang dikerjakan
dengan tergesa-gesa, itu berarti bayi akan merasakan interaksi yang dingin
dengan orangtua mereka.
Untuk menghindari kebiasaan
tergesa-gesa ini, orangtua bisa melakukan aktivitas rutin sambil mengajak bayi
bernyanyi atau bercanda, Buatlah suasana hati menjadi santai agar senandung
yang dinyanyikan betul-betul bisa terasa syahdu di telingan bayi. Tentu saja
butuh manajemen yang baik bagi ibu dalam mengatur aktivitas sebelum dan
sesudahnya. Kompot yang sedang menyala mungkin harus dimatikan dulu sebelum
mendatangi bayi. Demikian juga dengan tamu di ruang depan, mintalah ijin
kepadanya untuk menunggu selama ibu menangani bayi. Gadget atau HP harus
diletakkan dulu saat kita berinteraksi dengan bayi Tindakan ini dimaksudkan
untuk mendapatkan ruang yang lebar dalam hati kita agar kita bisa tenang dan
focus pada bayi.
Orangtua atau pengasuh juga bisa
menjelaskan kepada bayi apa tentang segala rutinitas yang kita lakukan bersama
mereka. Misalnya saat mengganti popok. Sampaikan kepada bayi bahwa kita sangat
senang melihatnya bisa lancar buang air. Tunjukkan bahwa selagi bayi belum
sampai pada usinya, buang air di atas kasur bukanl;ah sesuatu yang
menjengkelkan.
Ada banyak hal yang bisa
dikomunikasikan orangtua kepada bayinya saat berinteraksi. Kegiatan-kegiatan
rutin seperti mengganti popok, memandikan, menyuapi ataupun membimbing bayi
untuk Toilet Training haruslah menyajikan suasana yang positif agar
dirasakan oleh bayi sebagai kehangatan hubungan. Bayi memang belum lancar
berbicara, tapi kita bisa berkomunikasi dengan Bahasa Cinta, tanpa
tergesa-gesa.
Oleh : Baldwine Honest, M.Pd
Dimuat
di harian Tribun Kaltim, Minggu, 12 Februari 2017
Komentar
Posting Komentar