Langsung ke konten utama

Jangan Tergesa-gesa, Ibu…


            “Tergesa-gesa membuat kita semakin terlamat”. Ini adalah kalimat bujak yang bisa kita cermati. Orang yang  tergesa-gesa ketika hendak berangkat ke luar rumah,  biasanya malah ada saja barang bawannya yang tertinggal. Dan ketikan ia harus kembali lagi masuk rumah untuk mengambil barang yang tertinggal itu, sesungguhnya ia telah memperlambat atau menghambat sendiri langkahnya. Ia akan tambah terlambat, hustru karena ketergesaan yang ia lakukan. Contoh ini hanya ingin menjelaskan kepada kita bahwa tergesa-gesa tidak perlu kita lakukan, meskipun dengan alasan untuk mempercepat pekerjaan.
            Demikian juga ketika kita hendak berinteraksi dengan bayi. Ketergesaan hanya akan membuat bayi semakin tidak nyaman. Bayi juga menangkap interaksi yang dingin dari orangtuanya. Ia tidak merasakan kehangatan. Jika dalam sehari terjadi rutinitas yang dikerjakan dengan tergesa-gesa, itu berarti bayi akan merasakan interaksi yang dingin dengan orangtua mereka.
            Untuk menghindari kebiasaan tergesa-gesa ini, orangtua bisa melakukan aktivitas rutin sambil mengajak bayi bernyanyi atau bercanda, Buatlah suasana hati menjadi santai agar senandung yang dinyanyikan betul-betul bisa terasa syahdu di telingan bayi. Tentu saja butuh manajemen yang baik bagi ibu dalam mengatur aktivitas sebelum dan sesudahnya. Kompot yang sedang menyala mungkin harus dimatikan dulu sebelum mendatangi bayi. Demikian juga dengan tamu di ruang depan, mintalah ijin kepadanya untuk menunggu selama ibu menangani bayi. Gadget atau HP harus diletakkan dulu saat kita berinteraksi dengan bayi Tindakan ini dimaksudkan untuk mendapatkan ruang yang lebar dalam hati kita agar kita bisa tenang dan focus pada bayi.
            Orangtua atau pengasuh juga bisa menjelaskan kepada bayi apa tentang segala rutinitas yang kita lakukan bersama mereka. Misalnya saat mengganti popok. Sampaikan kepada bayi bahwa kita sangat senang melihatnya bisa lancar buang air. Tunjukkan bahwa selagi bayi belum sampai pada usinya, buang air di atas kasur bukanl;ah sesuatu yang menjengkelkan.

            Ada banyak hal yang bisa dikomunikasikan orangtua kepada bayinya saat berinteraksi. Kegiatan-kegiatan rutin seperti mengganti popok, memandikan, menyuapi ataupun membimbing bayi untuk Toilet Training haruslah menyajikan suasana yang positif agar dirasakan oleh bayi sebagai kehangatan hubungan. Bayi memang belum lancar berbicara, tapi kita bisa berkomunikasi dengan Bahasa Cinta, tanpa tergesa-gesa.

Oleh    : Baldwine Honest, M.Pd
Dimuat di harian Tribun Kaltim, Minggu, 12 Februari 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...