Pasca peristiwa teror yang
terjadi di Jakarta (14/01) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan panduan bagi para guru dan orangtua dalam membicarakan
kejahatan terorisme dengan siswa dan anak-anak, terkait dengan peristiwa teror. Diharapkan semua pihak bisa membantu menyebarluaskan panduan singkat
bagi para guru dan orangtua dalam membicarakan kejahatan terorisme dengan siswa
dan anak-anak mereka.
Panduan singkat itu terdiri dari dua bentuk. Pertama panduan untuk guru dalam berbicara dengan siswa tentang kejahatan terorisme. Kedua, panduan bagi orangtua untuk bicara terorisme dengan anaknya.
Panduan singkat itu terdiri dari dua bentuk. Pertama panduan untuk guru dalam berbicara dengan siswa tentang kejahatan terorisme. Kedua, panduan bagi orangtua untuk bicara terorisme dengan anaknya.
Dalam panduan itu para guru diharapkan melakukan hal-hal
sebagai berikut:
- Sediakan
waktu bicara pada siswa tentang kejahatan terorisme. Siswa sering
menjadikan guru tempat mencari informasi dan pemahaman tentang apa yang
sedang terjadi.
- Bahas
secara singkat apa yang terjadi, meliputi fakta-fakta yang sudah
terkonfirmasi. Jangan membuka ruang terhadap rumor, isu dan spekulasi.
- Beri
kesempatan siswa untuk mengungkapkan perasaannya tentang tragedi/kejahatan
yang terjadi. Nyatakan dengan jelas rasa duka kita terhadap para korban
dan keluarganya.
- Arahkan
rasa kemarahan pada sasaran yang tepat, yaitu pada pelaku kejahatan, bukan
pada identitas golongan tertentu yang didasarkan pada prasangka.
- Kembali
pada rutinitas normal. Terorisme akan sukses apabila mereka berhasil
mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan kehidupan kebangsaan kita.
- Ajak
siswa berpikir positif. Ingatkan bahwa negara kita telah melewati banyak
tragedi dan masalah dengan tegar, gotong-royong, semangat persatuan dan
saling menjaga.
- Ajak
siswa berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI dan petugas
kesehatan yang melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi.
Diskusikan lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka
daripada sisi kejahatan pelaku teror.
Sedangkan bagi orangtua diharapkan dapat melakukan
serangkaian hal berikut ini kepada anak-anak:
- Cari
tahu apa yang mereka pahami. Bahas secara singkat apa yang terjadi,
meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi, ajak anak untuk menghindari
isu dan spekulasi.
- Hindari
paparan terhadap televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar
dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah usia 12
tahun.
- Identifikasi
rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa tiap anak memiliki
karakter unik. Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun
kewaspadaan bersama tetap perlu.
- Bantu
anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi. Bila ada
rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat, yaitu pelaku kejahatan.
Hindari prasangka pada identitas golongan tertentu yang didasarkan pada
prasangka.
- Jalani
kegiatan keluarga bersama secara normal untuk memberikan rasa aman dan
nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita.
Kebersamaan dan komunikasi rutin sangat penting untuk mendukung anak.
- Ajak
anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI dan petugas
kesehatan yang melindungi, melayani dan membantu kita di masa tragedi.
Diskusikan lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka
daripada sisi kejahatan pelaku teror.
Panduan ini diharapkan bisa menjadi
contoh bagi orangtua dan guru dalam mendampingi anak-anak bila terjadi
peristiwa lain, yang dapat berdampak pada anak-anak, tidak hanya soal kejahatan
terorisme.
(Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan)
by : Baldwine Honest Gunarto, M.Pd
Komentar
Posting Komentar