Langsung ke konten utama

MENDIDIK DENGAN KEKUATAN DOA


            Seorang anak adalah amanah dari Allah, untuk kita rawat, kita cintai,  kita didik, dan kita arahkan sehingga kelak mempunyai kehidupan yang lebih baik dari orangtua nya. Banyak teori tentang mendidik anak yang bisa kita terapkan dalam mengasuh mereka, namun, yang pasti, karena anak adalah dari Allah, maka kita percaya, hanya Allah yang bisa memberikan yang terbaik untuk kehidupan mereka. Itulah pentingnya sebuah kekuatan Doa dalam mendidik anak.
Sebesar apapun usaha orangtua dalam merawat, mendidik, menyekolahkan dan mengarahkan anaknya, andaikan Allah tidak berkenan untuk menjadikannya anak sholeh dan sholehah, niscaya mereka tidak akan pernah menjadi anak sholeh dan sholehah. Hal ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah dan betapa kecilnya kekuatan kita. Ini jelas memotivasi kita untuk lebih membangun ketergantungan dan rasa tawakkal kita kepada Allah. Dengan cara, antara lain, memperbanyak doa, memohon petunjuk dan pertolongan dari Allah dalam segala sesuatu, terutama dalam hal mendidik anak. Doa mempunyai peranan yang penting sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam seluruh urusan kehidupan, dan hanya Allah yang memberikan hidayah.
Di setiap tahap perkembangan anak, orangtua wajib mengiringinya dengan doa. Bahkan tidak ada salahnya ketika berdoa, kita perdengarkan doa tersebut di hadapan anak kita. Selain untuk mengajarkan untuk berdoa bersama, juga agar anak melihat dan memahami betapa besar harapan kita agar mereka menjadi anak sholeh dan bermanfaat bagi sesama.
Yang perlu dipahami, bahwa Doa orangtua itu mustajab, baik doa tersebut bermuatan baik maupun buruk. Maka kita perlu berhati-hati dalam menjaga ucapan.  Terkadang ketika kita marah, tanpa terasa terlepas kata-kata yang kurang baik terhadap anak kita, lalu Allah mengabulkan ucapan tersebut, akibatnya kita akan  menyesal seumur hidup.

Bulan Ramadhan, adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Saatnya kita sebagai orangtua, instropeksi atas segala yang telah kita lakukan dalam mendidik anak kita. Tidak ada kata terlambat untuk memulai kembali. Mulai saat ini, dan seterusnya, kita tidak perlu lagi ragu-ragu, khawatir, dan bahkan takut dalam melangkah. Kita harus yakin bahwa kita punya Allah sebagai sumber kekuatan kita dalam mendidik dan mengantarkan anak-anak  kita menjadi ‘orang’ yang sukses dunia dan akhirat. Semoga kekuatan doa akan menjadi kekuatan yang kekal untuk menjadikan kita orangtua terbaik untuk anak-anak kita. Amin.

Oleh : Baldwine Honest Gunarto, M.Pd
Dimuat di harian TRIBUN KALTIM


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtua, baik peran ayah dan ibu  sangat mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan anak. Mereka harus melibatkan diri sec

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK             Afeksi adalah suatu bentuk kebutuhan cinta dan kasih sayang yang di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima. Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan dan persahabatan yang ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan afeksi adalah pada saat usia dini. Karena, kekurangan afeksi saat usia dini dapat membahayakan perkembangan anak hingga dewasa.             Seorang anak, sejak lahir membutuhkan kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Kita sebagai orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan lebih baik sejak anak kita berada di dalam kandungan.             Namun, bisa saja karena suatu hal, anak tidak terpenuhi kebutuhan afeksi tersebut. Bisa jadi karena orang tua mereka dalam kondisi tertekan, tidak bahagia, tidak harmonis, atau berada di lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang yang penuh