Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Menikmati Peran

Hidup itu  sawang sinawang, menurut istilah orang Jawa.  Artinya mungkin kurang lebih, dalam hidup, kita selalu melihat (keadaan) orang lain, dan kemudian membandingkannya dengan keadaan yang kita jalani. Sepertinya keadaan orang lain terasa lebih enak, dan apabila pemikiran tersebutyang diteruskan, akan menjadi sebuah keluh kesah dan tidak mensyukuri hidup. Begitu juga saat menjalani peran sebagai ibu, baik itu ibu yang tugasnya mengurus rumah tangga saja, ibu yang mengurus rumah tangga sambil bekerja di rumah, maupun ibu yang bekerja kantoran. Ibu yang dirumah melihat ibu bekerja sepertinya enak, Sementara ibu bekerja berfikir yang sama, melihat ibu yang dirumah enak bisa punya waktu banyak untuk anak-anak. Padahal kenyataannya setiap orang mempunyai permasalahan yang berbeda, terkadang yang terlihat hanyalah yang indah saja.             Bukan saja sekedar melihat kesibukan ibu yang lain, terkadang kita juga membandingkan anak orang lain terasa lebih hebat dibanding anak kita.

Cantik itu Relatif dan Menyeluruh

Cantik itu sesuatu yang relatif, yang terpancar dari dalam diri seseorang. Cantik itu adalah sesuatu yang menyeluruh, termasuk perilaku, pendapat, cara berpikir, kepribadian, dan cara membawa diri. Demikian pengertian cantik yang harus kita tanamkan ke anak-anak kita. Cantik itu bukan berarti harus berambut lurus, berkulit putih, dan bertubuh tinggi langsing seperti yang biasa kita didapati   di media Televisi maupun majalah-majalah. Arti cantik menjadi sangat komoditif. Sedangkan media tersebut sangat mudah didapati dimana-mana, dan akhirnya mempengaruhi persepsi tentang nilai cantik dalam masyarakat, tanpa memperdulikan batasan usia dan nilai pendidikan. Ada seorang anak yang selalu membasahi rambutnya yang agak bergelombang, agar terlihat lurus. Karena menurut anak tersebut, rambut yang lurus adalah cantik. Atau ada anak yang selalu berbedak tebal agar terlihat putih dan tidak mau terkena sinar matahari, dengan alasan agar cantik dan tidak hitam. Ada juga seorang anak yan

Kedekatan yang Seimbang

            Permasalahan yang terjadi dalam keluarga ada banyak ragamnya. Termasuk kecemburuan antara suami dan istri karena  kedekatan  emosional anak mereka yang  berbeda. Ada anak yang lebih dekat ke ibunya, namun ada juga anak yang lebih dekat ke ayahnya. Masalah ini berujung dengan saling menyalahkan. Bagaimana sebaiknya?             Orangtua mana yang tidak senang  dekat dengan anak?. Orangtua demikian berarti orangtua yang disukai oleh anak. Namun, karena antara suami istri memiliki latar belakang pola asuh yang berbeda, maka pola pikirnya juga berbeda. Contohnya, suami yang dibesarkan dalam keluarga militer, menganggap kalau mendidik anak harus dengan cara disiplin ala militer itu lebih baik. Sementara, istrinya yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang demokratis, yang selalu menghargai anak, menganggap mengasuh anak tidak boleh dengan keras. Perbedaan pola pikir, akhirnya berdampak pada anak. Anak cenderung dekat dengan orangtua, yang lebih mendengarkan dan mengharga

MUSIK UNTUK KECERDASAN EMOSI

            Musik merupakan seni yang melukiskan pemikiran dan perasaan manusia melalui keindahan suara yang memiliki irama teratur, dan nada-nada yang teratur. Musik ada dalam kehidupan kita. Kita selalu dikelilingi suara musik yang beraneka ragam. Bisa jadi dari suara alam, misalnya rintik hujan, aliran sungai, desau angin, deburan ombak. Atau dari suara harian yang kita dengar, misalnya detak jam, deru suara mobil,  kicauan burung, dan lainnya. Dan musik yang kita nyanyikan dan dengarkan, yaitu lagu-lagu, musik instrumental, dan lainnya.             Musik memberikan dampak nyata pada perkembangan emosi dan spiritual manusia. Bermain musik dan menyanyikan lagu, bagi anak sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam perkembangan emosinya.             Lalu apa yang harus kita lakukan ?. Karena musik ada dalam kehidupa kita, maka latihlah anak peka terhadap suara musik. Mengajak anak berjalan di alam, bukan hanya menikmati keindahan, tapi cobalah mengajak mer

Menghadapi Rengekan Anak Saat Belanja

Beberapa orang tua bertanya, mengapa setiap kali kami berbelanja ke toko, anak-anak selalu meminta ini dan itu, yang sebenarnya tidak dibutuhkan ? Jika tidak dibelikan, mereka merengek-rengek, malah kadang mengamuk. Penyebabnya ada beberapa hal. Pertama, orang tua mana yang  tidak ingin membahagiakan anaknya ?  Mengabulkan dan membiarkan anak meminta barang-barang saat berbelanja, menjadi boomerang sendiri bagi orang tua. Bisa jadi karena orang tua yang tidak konsisten, misalnya ibunya selalu menolak, sementara ayah selalu mengabulkan. Penyebab kedua, adalah faktor modeling dari perilaku orangtua atau lingkungannya. Ketika anak melihat ibu atau ayahnya berbelanja di supermarket atau toko, yang sepertinya mengambil barang sesuka hati, anak pun mulai mempaktekkan hal yang sama. Karena lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan perilaku anak. Faktor ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah adanya pengaruh iklan di Televisi atau Media lainnya yang ser

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

ROMANTISME MENGANTAR ANAK KE SEKOLAH

            Waktu tidak pernah berhenti. Terus saja berjalan hari demi hari. Anak-anak kita akan tumbuh semakin besar, dari seorang kanak-kanak menjadi remaja. Ada sebuah aktifitas yang kadang tidak kita sadari merupakan sebuah peristiwa penting dalam menemani pertumbuhan mereka. Sesuatu yang membahagiakan bila mengenangnya. Aktifitas tersebut adalah “Mengantar mereka ke sekolah”.             Mungkin ada banyak alasan orangtua tidak bisa mengantarkan anaknya ke sekolah, bisa jadi karena banyaknya pekerjaan, bekerja di luar kota, atau karena jarak tempuh sekolah yang tidak terlalu jauh. Namun, sebaiknya, sempatkanlah mengantarkan anak ke sekolah, walaupun tidak setiap hari, karena momen tersebut sangat berharga bagi anak.             Dalam perjalanan ke sekolah, kita bisa berbincang sesuatu yang ringan namun menumbulkan kedekatan secara emosional. Apabila berboncengan menggunakan sepeda motor, rasa kasih sayang kita bisa dirasakan anak dengan dekapannya yang erat.  Sesampai di

SETIAP IBU ITU HEBAT

SETIAP IBU ITU HEBAT SEBUAH CATATAN DI HARI IBU             Menjalani peran sebagai ibu, penuh beragam warna. Terkadang kita begitu semangat dan menikmatinya, namun ada kalanya, dikarenakan kelelahan  mengalami depresi dan merasa sebagai ibu yang tidak bisa sempurna. Sepertinya  tidak ada yang bisa dirayakan saat hari Ibu tiba. Apabila itu terjadi, memang sebaiknya kita harus berhenti sejenak, untuk sekedar instropeksi dan membuat catatan kecil agar saat melangkah lagi bisa lebih bersemangat.             Hal pertama yang kita lakukan adalah : Bersyukur. Bahwa banyak kebaikan yang kita dapatkan dan berikan selama kita menjadi ibu, Ibu adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, namun lebih baik jangan hanya berfokus pada kesalahan kita. Yang terpenting membuat perubahan, memperbaiki, dan terus melangkah.             Lebih baik berfokus pada hal-hal baik yang sudah kita lakukan. Misalnya, rutinitas ibu yang selalu mempersiapkan makan keluarga, membacakan don

BERIKAN APRESIASI PADA ANAK

   Apresiasi diartikan menghargai. Sebagai orangtua kita harus   bisa selalu mengapresiasi segala bentuk pencapaian anak. Seperti halnya kita sendiri, apabila hasil jerih payah kita dalam bekerja diapresiasi, maka ada semangat dan kebahagiaan dalam hati kita. Memberikan apresiasi adalah salah satu hal sederhana yang sering terlupakan, padahal dampaknya sangat luar biasa bagi perkembangan jiwa dan kemajuan anak.   Dalam mendidik anak, hendaknya kita jangan sungkan-sungkan untuk memberikan penghargaan, baik secara verbal , non verbal, maupun kontak. Apresiasi secara verbal adalah memberikan pujian kepada anak, misalnya : Bagus !, Bagus sekali !, Yaa.. betul, pintar !, Anak mama memang hebat !, luar biasa, jago sekali !, dan lain-lain. Apresiasi yang bersifat non verbal , bisa berupa gerak isyarat seperti : anggukan kepala, acungan jempol, senyuman, sorot mata yang sejuk, bersahabat, dan lain-lain. Apresiasi ysng bersifat kontak seperti : Tepukan di pundaknya,   jabatan tang

SETIAP ANAK INGIN DIMENGERTI

            Salah satu murid saya menangis pagi itu, sebut saja namanya Indra, usianya 4 tahun. Dia tidak mau masuk ke kelas, teriakannya keras,  sambil terus menunjuk ke sepeda roda empat barunya yang terparkir di halaman sekolah. Setiap ada yang bertanya, “kenapa?”, Indra semakin keras berteriak dan meraung. Sayapun mendekatinya perlahan, dan berjanji dalam hati, jangan bertanya menggunakan kata “ Kenapa”. Saya usap punggungnya perlahan dan saya usap airmata yang membasahi pipinya menggunakan tissue. Saya memperhatikan tatapannya yang tidak lepas dari sepedanya.             “ Sepeda Indra baru ya? Waah bagus sekali” kata saya. Dan itu cukup jitu meredakan amarahnya. Dia mengangguk perlahan sambil menatap saya. “ Tadi Indra ke sekolah naik sepeda ya?, hebat dong” dia masih menatapku, dan tangisnya terhenti. “ Yuk kita lihat sepedanya, bu guru mau lihat deh” Saya gandeng Indra  menuju sepedanya. “ Kapan belinya?” lanjut saya bertanya. “Kemarin sore sama ayah”, Alhamdu

Investasi Waktu dan Ilmu

Ingin menjadi orangtua yang baik adalah  naluri alami dari setiap pasangan yang sudah dikarunia anak. Memang tidak ada sekolah menjadi orangtua, namun ternyata naluri kasih sayang dan ingin memberikan yang terbaik ada di setiap keluarga. Hanya masing-masing mempunyai budaya dan cara yang berbeda. Tidak ada yang salah, yang perlu diperhatikan hanya memperhatikan hak anak. Saat ingin membentuk anak menjadi anak yang baik, bukan hanya menuntut anak melakukan beragam kewajiban dan aturan yang memang mungkin bertujuan baik. Selain investasi untuk masa depan mereka, berupa tabungan dan asuransi, ada investasi penting yang wajib kita berikan, yang bisa bermanfaat untuk dunia dan akhirat, yaitu investasi  “Waktu dan Ilmu”.             “Waktu” adalah bagaimana kita bisa menghabiskan setiap kesempatan berkualitas bersama anak dan keluarga. Anak berhak mendapatkan kasih sayang, dan pengasuhan secara secara langsung dari ayah ibu nya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan : 1.       Men

SAAT ANAK MENJADI PENDIAM DI LUAR RUMAH

            Mungkin pernah kita temui, seorang anak yang saat di rumah, luar biasa cerewet dan sangat aktif, bernyanyi dan menari. Namun ketika keluar rumah, berada di tengah banyak orang, misalnya di sekolah, taman atau pesta ulang tahun, anak menjadi pendiam dan pasif. Yang mereka lakukan hanyalah mengamati tanpa bergerak. Orang tua terkadang gemas dengan perilaku si anak, malah tidak jarang berusaha”memaksa” anak untuk berbicara dan bergerak. Namun ternyata tidak ada perubahan dari sikap anak.             Segala sesuatu membutuhkan proses. Dan dalam proses dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Yang penting diyakini adalah bahwa setiap anak memiliki keunikan dan kecerdasan masing-masing. Tidak perlu membandingkan perkembangan satu anak dengan anak lainnya, baik itu saudara sekandung, maupun anak di sekitar.             Anak berperilaku pendiam dan pasif saat di luar rumah bisa karena beberapa alasan. Belum terbentuknya rasa percaya diri, tidak merasa nyaman, merasa cemas, trau

MENJADI "IBU" BAGI ANAK ORANG LAIN

            Seorang ibu, dalam mengasuh anak sendiri, pasti bertemu dengan anak orang lain.   Terkadang kita, mendapati diri dalam posisi harus mendisiplinkan anak orang lain. Apakah itu seorang bocah laki-laki di taman bermain yang selalu memaksa mendaki perosotan saat putri kita sedang mencoba meluncur turun, atau seorang gadis cilik tetangga yang   selalu meninju lengan anak kita setiap hari saat bermain di halaman. Akan ada saat dimana seorang ibu harus turun tangan dan mengambil tindakan atas anak orang lain.             Sebenarnya kita berada dalam situasi yang membingungkan, karena berbagai sebab. Apakah kita membiarkan anak kita memecahlan sendiri masalah-masalah tersebut ? Ataukah perlu mencari orangtua anak yang mengganggu dan memintanya menangani keadaan ? Ataukah kita menegur sendiri si anak lain tersebut dan memintanya bermain di tempat lain ?             Yang sebenarnya adalah, ketiga solusi di atas sama – sama benar dalam situasi tertentu. Anak kita bisa memeca

Menjadi Teladan yang Baik

Oleh : Baldwine Honest Gunarto, M.Pd Dimuat di Tribun Kaltim, Minggu, 30 Juli 2017

Meredakan Ledakan Emosi Ibu

            Seorang ibu adalah manusia biasa, bukan seorang super woman yang bisa menyelesaikan segala hal dengan sempurna.  Ada saatnya merasa lelah, dan jenuh pada rutinitas harian yang harus dijalani.  Terkadang rasa frustasi menjadi ibu bisa mencapai tingkat yang tak terbayangkan. Apabila kelelahan tersebut bergesekan saat ibu bersama anak-anak, tak bisa dielakkan terjadilah “ ledakan” emosi yang sebenarnya tidak diinginkan. Inilah saat kerika ibu yang biasanya baik, menjadi kehilangan kontrol.             Misalnya, saat rumah sudah bersih, dan ibu mau beristirahat karena lelah, sambil menunggu suami pulang. Tiba-tiba anak balitanya masuk rumah dengan kaki kotor penuh becek, membawa mainan penuh lumpur. Otomatis, secara manusiawi, pasti ibu akan marah dengan sang anak. Ibu yang biasa penuh kesabaran, tiba-tiba kehilangan kontrol diri dan mengalami ledakan emosi yang tidak disadari. Biasanya anak akan kaget dan menangis keras karena ibunya marah. Akhirnya bukan solusi yang