Langsung ke konten utama

MUSIK UNTUK KECERDASAN EMOSI




            Musik merupakan seni yang melukiskan pemikiran dan perasaan manusia melalui keindahan suara yang memiliki irama teratur, dan nada-nada yang teratur. Musik ada dalam kehidupan kita. Kita selalu dikelilingi suara musik yang beraneka ragam. Bisa jadi dari suara alam, misalnya rintik hujan, aliran sungai, desau angin, deburan ombak. Atau dari suara harian yang kita dengar, misalnya detak jam, deru suara mobil,  kicauan burung, dan lainnya. Dan musik yang kita nyanyikan dan dengarkan, yaitu lagu-lagu, musik instrumental, dan lainnya.
            Musik memberikan dampak nyata pada perkembangan emosi dan spiritual manusia. Bermain musik dan menyanyikan lagu, bagi anak sangat penting dan memberikan pengaruh yang cukup kuat dalam perkembangan emosinya.
            Lalu apa yang harus kita lakukan ?. Karena musik ada dalam kehidupa kita, maka latihlah anak peka terhadap suara musik. Mengajak anak berjalan di alam, bukan hanya menikmati keindahan, tapi cobalah mengajak mereka peka terhadap suara-suara yang mereka dengar dengan kondisi yang tenang. Misalnya mendengarkan suara aliran sungai yang teratur, suara burung berkicau, atau rintik hujan.
            Mengajarkan mereka bermain musik sejak dini juga bisa melatih kepekaan emosi mereka. Ajarkan dari irama sederhana dan teratur. Yang paling mudah adalah mengajak mereka bernyanyi. Dengan nada sederhana, dan syair yang mengajak mereka pada kebaikan. Karena otak kanan yang bekerja saat bernyanyi dan mendengarkan musik, maka mereka akan lebih mudah merasakan dan memahami.
            Menurut Chambel (2001), musik dapat mengangkat suasana jiwa seseorang , karena melalui musik, kasih sayang serta doa di dalam diri seseorang dapat dibangkitkan. Musik merupakan salah satu intrumen atau media bagi seseorang untuk dapat merasakan kasih sayang, keagungan ilahi, serta semesta alam, dan melakukan transformasi diri kealam spiritual.
            Nada dan irama teratur yang langsung berpengaruh pada sisi spiritual anak, tentu saja irama rohani sesuai keyakinan anak. Misalnya, untuk anak muslim, alunan suara Alqur’an, untuk anak  kristiani lagu-lagu rohani mereka. Kecerdasan emosi dan spiritual adalah melibatkan hati dan perasaan. Dan salah satu cara efektif cara mengajarkan kepada mereka adalah mendengarkan musik dengan suasana yang tenang.

Oleh : Baldwine Honest, M.Pd
Dimuat di Tribun Kaltim, Minggu, 02 Desember 2018 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtua, baik peran ayah dan ibu  sangat mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan anak. Mereka harus melibatkan diri sec

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK             Afeksi adalah suatu bentuk kebutuhan cinta dan kasih sayang yang di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima. Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan dan persahabatan yang ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan afeksi adalah pada saat usia dini. Karena, kekurangan afeksi saat usia dini dapat membahayakan perkembangan anak hingga dewasa.             Seorang anak, sejak lahir membutuhkan kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Kita sebagai orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan lebih baik sejak anak kita berada di dalam kandungan.             Namun, bisa saja karena suatu hal, anak tidak terpenuhi kebutuhan afeksi tersebut. Bisa jadi karena orang tua mereka dalam kondisi tertekan, tidak bahagia, tidak harmonis, atau berada di lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang yang penuh