Langsung ke konten utama

Kedekatan yang Seimbang


            Permasalahan yang terjadi dalam keluarga ada banyak ragamnya. Termasuk kecemburuan antara suami dan istri karena  kedekatan  emosional anak mereka yang  berbeda. Ada anak yang lebih dekat ke ibunya, namun ada juga anak yang lebih dekat ke ayahnya. Masalah ini berujung dengan saling menyalahkan. Bagaimana sebaiknya?
            Orangtua mana yang tidak senang  dekat dengan anak?. Orangtua demikian berarti orangtua yang disukai oleh anak. Namun, karena antara suami istri memiliki latar belakang pola asuh yang berbeda, maka pola pikirnya juga berbeda. Contohnya, suami yang dibesarkan dalam keluarga militer, menganggap kalau mendidik anak harus dengan cara disiplin ala militer itu lebih baik. Sementara, istrinya yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang demokratis, yang selalu menghargai anak, menganggap mengasuh anak tidak boleh dengan keras. Perbedaan pola pikir, akhirnya berdampak pada anak. Anak cenderung dekat dengan orangtua, yang lebih mendengarkan dan menghargainya.
            Solusi terbaik untuk masalah tersebut adalah, berdiskusi, dan menyamakan pola asuh terbaik untuk anak. Sehingga anak tidak bingung, dan bisa dekat dengan kedua orangtuanya. Kalau memang anak dekat dengan ibunya, para ayah jangan gengsi untuk mencontoh bagaimana istri memperlakukan anak-anak. Begitu juga sebaliknya. Anak adalah fitrah, jadi siapa yang cocok dengan kefitrahannya, dialah yang bisa dekat.
            Namun, ada kedekatan yang tidak sehat, yaitu saat kedekatan anak-orangtua bukan karena kedekatan emosional, melainkan kedekatan iming-iming. Misalnya, ada anak yang dekat dengan ayahnya, karena sering dibelikan ini itu, atau sering dimanja yang berlebihan. Kedekatan seperti ini membuat anak menjadi konsumtif, egois, tidak mau tahu kesulitan orangtua, dan suka memaksa.
            Apabila anak dekat secara emosional hanya pada salah satu orangtua sebenarnya tidak terlalu bermasalah. Setidaknya ada salah satu orangtua yang lebih dekat. Yang perlu diperhatikan, dan diperbaiki adalah, jika anak tidak dekat dengan ayah maupun ibunya. Anak justru lebih dekat dengan pembantu, atau kakek neneknya.    
            Kondisi yang ideal adalah kedekatan seimbang. Dekat dengan ayah, juga dengan ibu. Biasanya untuk bermain dan beraktifitas di luar rumah, anak lebih memilih dengan ayah. Tetapi kalau mau tidur dan belajar mereka nyaman bersama ibunya. Anak merasa aman dan bahagia dekat dengan ayah ibunya. Itulah yang disebut Kedekatan Seimbang.

Oleh : Baldwine Honest G, M.Pd
Dimuat di Tribun Kaltim, Minggu, 09 Desember 2018


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtua, baik peran ayah dan ibu  sangat mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan anak. Mereka harus melibatkan diri sec

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK             Afeksi adalah suatu bentuk kebutuhan cinta dan kasih sayang yang di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima. Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan dan persahabatan yang ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan afeksi adalah pada saat usia dini. Karena, kekurangan afeksi saat usia dini dapat membahayakan perkembangan anak hingga dewasa.             Seorang anak, sejak lahir membutuhkan kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Kita sebagai orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan lebih baik sejak anak kita berada di dalam kandungan.             Namun, bisa saja karena suatu hal, anak tidak terpenuhi kebutuhan afeksi tersebut. Bisa jadi karena orang tua mereka dalam kondisi tertekan, tidak bahagia, tidak harmonis, atau berada di lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang yang penuh