Langsung ke konten utama

Menikmati Peran

Hidup itu sawang sinawang, menurut istilah orang Jawa.  Artinya mungkin kurang lebih, dalam hidup, kita selalu melihat (keadaan) orang lain, dan kemudian membandingkannya dengan keadaan yang kita jalani. Sepertinya keadaan orang lain terasa lebih enak, dan apabila pemikiran tersebutyang diteruskan, akan menjadi sebuah keluh kesah dan tidak mensyukuri hidup.
Begitu juga saat menjalani peran sebagai ibu, baik itu ibu yang tugasnya mengurus rumah tangga saja, ibu yang mengurus rumah tangga sambil bekerja di rumah, maupun ibu yang bekerja kantoran. Ibu yang dirumah melihat ibu bekerja sepertinya enak, Sementara ibu bekerja berfikir yang sama, melihat ibu yang dirumah enak bisa punya waktu banyak untuk anak-anak. Padahal kenyataannya setiap orang mempunyai permasalahan yang berbeda, terkadang yang terlihat hanyalah yang indah saja.
            Bukan saja sekedar melihat kesibukan ibu yang lain, terkadang kita juga membandingkan anak orang lain terasa lebih hebat dibanding anak kita. Saat anak tetangga usia belum setahun sudah bisa berjalan, sedangkan anak kita di usia yang sama belum bisa, maka aka nada kekhawatiran di hati kita. Termasuk kemampuan kognitif. Melihat anak orang lain bisa membaca di usia 4 tahun, sementara anak kita masih asyik dengan motorik halus dan kasarnya, maka terkadang ada usaha “memaksa” anak kita agar bisa membaca juga.
            Alangkah tidak nyamannya hidup kita, apabila itu terus kita lakukan. Menikmati setiap episode kehidupan, akan membuat kita lebih bersyukur.
1.      Menjadi ibu sebuah kebahagiaan.
Dikaruniai seorang buah hati merupakan anugrah yang luar biasa. Saat sudah menjadi ibu, maka apapun akan dilakukan demi yang terbaik bagi anak. Namun hidup adalah pilihan. Apakah harus bekerja, atau mengasuh anak sambil bekerja, ataukah mengasuh anak dan rumah tangga penuh. Dan dalam pilihan apapun,  kita harus bisa menjalaninya dengan penuh syukur. Tidak perlu saling membandingkan, karena masing-masing punya permasalahan yang berbeda.
2.      Setiap anak itu Unik dan Cerdas.
Allah selalu memberikan yang terbaik, termasuk buah hati yang diberikan kepada kita. Sangat mesti kita sadari, Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambaNya. Saudara sekandung saja banyak perbedaan, apalagi membandingkan dengan anak orang lain.Yang terpenting adalah, kita wajib menjaga amanah dariNya, dengan cara mendidik, mengasuh dan merawat mereka dengan sebaik-baiknya. Kita nikmati setiap tahap perkembangan mereka, tanpa perlu terlalu khawatir saat anak kita berbeda dengan anak orang lain.

            Dalam menikmati peran di setiap episode kita, jangan pernah berhenti bersyukur dengan apa yang kita terima. Syukuri yang ada saat ini, anak-anak, keluarga, tempat tinggal, kendaraan dan lain-lain. Terus bersyukur, terus belajar, tetap sabar dan semangat. Maka hidup terasa lebih indah dan berarti.

Oleh : Baldwine Honest Gunarto, M.Pd
Dimuat di Balikpapan Pos, Jumat, 24 November 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...