Seorang ibu adalah manusia biasa,
bukan seorang super woman yang bisa menyelesaikan segala hal dengan
sempurna. Ada saatnya merasa lelah, dan
jenuh pada rutinitas harian yang harus dijalani. Terkadang rasa frustasi menjadi ibu bisa
mencapai tingkat yang tak terbayangkan. Apabila kelelahan tersebut bergesekan
saat ibu bersama anak-anak, tak bisa dielakkan terjadilah “ ledakan” emosi yang
sebenarnya tidak diinginkan. Inilah saat kerika ibu yang biasanya baik, menjadi
kehilangan kontrol.
Misalnya, saat rumah sudah bersih,
dan ibu mau beristirahat karena lelah, sambil menunggu suami pulang. Tiba-tiba
anak balitanya masuk rumah dengan kaki kotor penuh becek, membawa mainan penuh
lumpur. Otomatis, secara manusiawi, pasti ibu akan marah dengan sang anak. Ibu
yang biasa penuh kesabaran, tiba-tiba kehilangan kontrol diri dan mengalami
ledakan emosi yang tidak disadari. Biasanya anak akan kaget dan menangis keras
karena ibunya marah. Akhirnya bukan solusi yang ditemukan, tapi suasana yang
sungguh tidak mengenakkan.
Apalagi
bagi ibu bekerja, tumpukan pekerjaan di kantor, beragam masalah dengan atasan
dan teman sekerja, akan mempengaruhi emosi ibu setibanya di rumah bertemu
dengan anak. Anak biasanya menyambut ibu dengan rewel minta dimanja dan ditemani. Dengan hati penuh tekanan dan kelelahan,
biasanya emosi ibu akan naik, dan akan berbicara dengan nada tinggi menanggapi
sambutan anak. Masih banyak
contoh kejadian lainnya, dimana rasa lelah ibu bergesekan saat bersama anak.
Apa yang harus ibu lakukan ? Saat kita (saya mewakili kaum ibu), sudah
mencapai titik didih kemarahan, cobalah tarif nafas dalam-dalam dan cobalah
mengatasinya. Ingat bahwa kita adalah guru bagi anak, dan anak akan belajar
bersikap baik dan tidak emosional dengan melihat perilaku dan bimbingan kita.
Kalau kita berulang kali kehilangan kontrol diri, anak akan meniru. Ketika anak
berperilaku yang menguji kesabaran kita, pertimbangkan bahwa sebetulnya yang
diinginkan mereka adalah perhatian kita.
Berusahalah menghindari
konfrontasi dengan tiba-tiba memeluk dan menciumnya, dan berkata dengan nada
yang lebih datar, dan berkata bahwa kita sayang mereka.
Apabila kita begitu marah sehingga
menakutkan anak, kita butuh waktu untuk mendinginkan diri. Pergilah sebentar
untuk mendinginkan hati, mungkin berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah, atau
mengambil air wudhu dan berdoa. Tarif
nafas panjang sambil berinstropeksi diri. Kembali temui anak kita , lalu
dengan tenang jelaskan pada anak kita
apa yang kita lakukan dan alasannya.
Dukungan suami dan lingkungan juga
sangat penting. Suami hendaknya memahami saat istrinya lelah. Tidak perlu
menuntut hal yang sempurna dari istri, karena memang tidak ada manusia yang
sempurna. Membantu pekerjaan rumah
tangga atau mengurus si kecil, bisa meredakan emosi istri saat frustasi.
Meredakan ledakan emosi diri memang
tergantung dari diri sendiri. Saat anak tertidur, lihatlah wajah polos mereka,
dan berjanjilah dalam hati, akan selalu sabar dan memberikan yang terbaik untuk
mereka. Buatlah mantra berulang, “sudahlah, aku harus sabar”. Dan yang pasti doa lah yang utama, semoga
Allah memberikan hati kita lapang penuh kesabaran, dan bisa menjadi ibu yang
baik untuk mengantar mereka ke masa depan.
Oleh : Baldwine Honest Gunarto, M.Pd
Dimuat di Tribun Kaltim, Minggu, 16 Juli 2017
Komentar
Posting Komentar