Langsung ke konten utama

BELAJAR PEDULI DAN BERBAGI SEJAK DINI


Anak ibarat kertas putih yang kosong, mudah sekali menyerap segala sesuatu yang diterimanya. Bila yang diberikan hal yang baik, maka kertas tersebut akan terisi hal-hal yang baik. Namun bila yang diberikan hal-hal yang buruk, maka hal-hal buruk yang diterima.

Untuk melatih kepekaan anak terhadap lingkungan dan sesama,  maka sejak dini,  anak-anak mulai diajarkan tentang “Indahnya berbagi dengan sesama”, jugamembiasakan anak untuk selalu bersyukur atas  nikmat dan segala yang telah diberikan oleh Allah. 

Sesekali ajak anak untuk berkunjung ke Panti Asuhan atau Panti Jompo.  Berikan penjelasan kepada anak, mengenai kondisi Panti tersebut. Bagaimanapun kondisi penghuni Panti, mereka juga adalah saudara-saudara yang perlu kita bantu. Ajak anak untuk berbagi dengan para penghuni panti,  dengan apa saja (uang maupun barang)punya, dengan hati penuh keiklhasan.  Berikan pengertian, bahwa sudah seharusnya untuk bersyukur bahwa kondisi  mereka lebih beruntung dibandingkan para penghuni panti tersebut.

Bila bertemu dengan orang yang kurang mampu, ajak anak untuk bersedekah. Misalnya, tukang sapu jalan, penjual Koran, dan lainnya. Berikan penjelasan, bahwa dengan apa saja yang kita berikan, bisa membahagiakan dan memberi manfaat untuk orang lain. Allah pasti sayang dengan hambaNya yang suka bersedekah. Bahwa, dengan bersedekah, akan membawa berkah bagi kita.

Infaq ke tempat ibadah, juga perlu kita biasakan. Dengan berbagi rejeki ke tempat ibadah, akan bermanfaat bagi umat dan akhirat. Ajarkan anak  untuk berperilaku sederhana. Sisihkan sedikit uang jajan , untuk bisa disedekahkan kepada sesama.

Berbagi dan bersedekah, tidak hanya kepada sesama manusia. Kepada binatang pun, anak diajarkan untuk menyayangi . Tidak berperilaku kasar kepada binatang, dan menolong atau memberi makan apabila bertemu binatang yang kelaparan.

Dengan melatih kepekaan, juga kepedulian anak terhadap lingkungan dan sesama sejak usia dini, maka akan menjadi kebiasaan mereka hingga mereka dewasa. Akan terbentuklah Tunas-tunas bangsa berhati mulia dengan keikhlasan dan pemikiran yang bersih, untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik.

( Dimuat di Harian Tribun Kaltim, Minggu, 28 Oktober 2012 )





Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...