Langsung ke konten utama

MAKNA HARI KARTINI


Tanggal 21 April, adalah hari lahir RA Kartini, pahlawan emansipasi Indonesia. Di sekolah-sekolah, biasa memperingatinya dengan beragam kegiatan. Ada yang memperingatinya dengan pentas seni, peragaan busana, atau karnaval. Makna apa sebenarnya yang bisa sampaikan kepada anak- anak usia dini tentang memperingati Hari Kartini ?
            Secara kata, anak-anak mungkin belum memahami arti emansipasi. Yang bisa kita jelaskan kepada mereka adalah bahwa perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk mencapai cita-citanya.  Bisa menjadi profesi apa saja. Bisa menjadi pilot, tentara, dokter dan lain-lain.  Anak laki-laki dan perempuan, harus sama-sama rajin belajar untuk bisa meraih cita-cita apapun.
Kemuadian mengenai kegiatan peragaan busana atau pentas seni, sebenarnya tujuannya adalah menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air kepada mereka, juga menampilkan ketrampilan seni yang telah mereka dapatkan selama di bangku sekolah.
 Menghafalkan lagu “Ibu Kita Kartini” ciptaan WR Supratman, kemudian menyanyikannya, juga banyak manfaatnya. Anak bisa terstimulasi kecerdasan musikalnya, bahasanya, kinestetis, dan intrapersonalnya. Kecerdasan musik, anak bisa mengikuti nada, irama dan tempo lagu, Kecerdasan bahasa, anak bisa menghafalkan syair lagu, dan bisa kita jelaskan perjuangan ibu Kartini untuk kaum perempuan di Indonesia agar bisa  mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Kecerdasan kinestetis, selama menyanyikan lagu, anak bisa bergerak mengikuti irama, wwalaupun gerak yang sederhana. Dan keceerdasan intrapersonal, anak berani tampil di atas panggung menyanyikan lagu tersebut.
 Jadi dalam memperingati hari Kartini, banyak makna yang bisa kita berikan kepada anak-anak kita. Rasa nasionalime yang tertanam, adalah karakter dasar anak untuk bisa melakukan yang terbaik untuk Indonesia.  Kecerdasan yang terstimulasi bisa menjadi dasar kecerdasan lainnya dalam tumbuh kembang mereka.


Baldwine Honest

( Dimuat di Balikpapan Pos, Senin. 18 April 2016 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...