Langsung ke konten utama

Cinta Tanah Airku, Indonesia

Tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia memperingati hari Kemerdekan Indonesia. Nuansa merah putih mewarnai segenap penjuru tanah air. Rasa Nasionalisme tampak terlihat, walaupun tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Sebagai orangtua yang baik, menanamkan rasa cinta tanah air kepada anak-anak kita sangat penting. Cinta tanah air meliputi rasa bangga menjadi anak Indonesia, bangga dengan ragam budaya dan keindahan alam Indonesia, juga menghormati beragam perbedaan yang ada di Indonesia.
Membuat anak bangga sebagai orang Indonesia, cinta pada tanah airnya tidak dengan doktrin nasionalisme. Banyak cara yang bisa kita lakukan dengan cara yang menyenangkan. Ajak mereka mengenal tempat-tempat  indah di Indonesia, minimal tempat terdekat dengan tempat tinggal. Setiap daerah mempunyai tempat yang unik utuk bisa kita perlihatkan kepada mereka. Bisa juga kita perlihatkan melalui foto, buku bacaan, maupun internet. Jelaskan keunikan budaya masing-masing daerah, baik tentang tarian, bahasa, pakaian adat, rumah adat, dan tradisi.
Ajak mereka berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dan tidak malu menggunakannya. Melalui percakapan sehari-hari, maupun melalui bacaan yang bermutu. Ajarkan menulis tentang keindahan Indonesia, dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Menyanyikan lagu-lagu Nasional, juga bisa mempertebal rasa cinta tanah air. Kata-kata dan nada yang tersirat, bisa menyentuh perasaan mereka.  
Bebaskan mereka untuk bermain dan bergaul dengan teman yang berbeda suku dan agama. Dengan demikian mereka bisa belajar menghormati beragam perbedaan yang ada.
Mendongeng tentang pahlawan nasional sebelum tidur, bisa memperkenalkan mereka tentang perjuangan para pahlawan, Bisa juga mendongeng legenda cerita daerah tertentu.
Memperkenalkan tentang kekhasan Indonesia, misalnya batik atau tenun, dengan mengunjungi tempat pembuatannya. Sehingga mereka bisa tahu proses dari bahan baku menjadi bahan siap jual. Mengajak mereka langsug membatik, selain melatih kreatifitas, juga menanamkan cinta tanah air.

Alangkah bahagianya bila sejak dini sudah tumbuh rasa nasionalisme dan cinta tanah air di hati mereka. Di tangan anak-anak kitalah masa depan bangsa Indonesia yg lebih baik dan bermartabat segera terwujud. Selamat merayakan Hari Merdeka untuk kita semua bangsa Indonesia!

by : Baldwine Honest Gunarto

( Dimuat di Harian TRIBUN KALTIM. Minggu, 18 Agustus 2013 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...