Langsung ke konten utama

TETAP RIANG DISAAT HUJAN

Musim hujan telah tiba. Hujan bisa saja turun setiap hari, sepanjang hari. Permainan dan aktifitas luar terpaksa tidak bisa dilakukan. Misalnya, bermain sepeda, jalan-jalan, bermain bola, bermain layang-layang, dan lain-lain. Terkadang anak menjadi murung, melihat ke jendela, dan menggerutu, kenapa hujan turun lagi. Sebagai orangtua yang bijak, kita harus bisa menciptakan keceriaan pada anak-anak, dengan permainan yang mengasyikkan, walaupun hujan turun.
Beberapa alternatif permainan yang bisa dilakukan, misalnya :
1.      Bermain peran
Dunia anak  penuh imajinasi. Mereka bisa berimajinasi menjadi apa saja, siapa saja, dan melakukan apa saja. Ajak anak  bermain peran, baik makro (sebagai pelaku) ataupun mikro (sebagai sutradara). Bermain peran makro, misalnya, untuk perempuan menjadi ibu dengan boneka dan masak-masakannya. Untuk laki-laki bisa menjadi superhero, dengan senjata dan pedangnya. Atau bisa berkemah di bawah meja makan yang besar, ditutup dengan kain seprei . Anak-anak akan senang berada di dalamnya. Bisa juga dengan menyusun kursi menjadi barisan, dan berpura-pura menaiki bis atau kereta api.
Bermain peran mikro, yaitu anak menjadi sutradara. Mereka bisa mengatur aksinya dengan memindahkan mobil-mobilannya mengitari jalan imajinatifnya, atau memainkan binatang-binatang kecilnya.
2.      Mendengarkan musik dan bernyanyi atau menari bersamanya.
Anak-anak akan riang dan bersemangat dengan mendengarkan musik kesayangannya. Apalagi di iringi dengan tepuk tangan dan suara-suara lucu.
3.      Bermain kartu, halma, atau ular tangga.
Permainan  kartu  pasti  sangat  mengasyikkan, hanya tergantung dari usia anak. Untuk anak balita, dengan kartu-kartu yang bergambar besar. Untuk anak di atas 5 tahun, bisa bermain kartu remi, domino atau kwartet.
Bermain ular tangga dan halma juga bisa membuat anak betah untuk tetap tinggal di rumah, melupakan hujan di luar.
4.      Membaca buku-buku cerita yang menarik
Bagi yang hobby membaca, akan sangat menyenangkan bila bisa membaca cerita-cerita seru di hari hujan. Sediakan majalah anak, atau buku-buku yang bermanfaat untuk anak. Bisa dengan meminjam ke perpustakaan atau beli di toko  buku.
5.      Berkreasi.
Anak senang berkarya dan berkreasi.  Ajak anak untuk mewarnai gambar, melipat origami,  membuat beberapa kerajinan, kolase, atau menganyam.


Dengan kegiatan dan permainan yang menyenangkan, hujan  tidak  lagi  membuat anak-anak kita  jenuh  dan  rewel  karena tidak bisa bermain di luar. Kreativitas, motorik kasar, dan motorik halus anak pun terasah… Selamat bermain !!

By: Baldwine Honest, ST, M.Pd

( Dimuat di Harian BALIKPAPAN POS. Minggu, 28 Februari 2016 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...