Langsung ke konten utama

BIARKAN ANAK BEBAS BERIMAJINASI


          Si kecil mungkin paling senang mencoret dinding rumah kita bak seorang pelukis. Jangan dulu gusar. Perilaku ini merupakan salah satu tahapan penting perkembangannya.
            Tiga tahun kehidupan pertama anak merupakan masa paling penting. Selama periode ini, anak mengembangkan ketrampilan belajar, sikap, harga diri (self esteem)  juga sikap mandiri. Perkembangan ini, salah satunya didukung oleh jiwa seni. Bentuk seni pertama yang dikenal anak, adalah coretan. Bagi orang dewasa, coret-coret mungkin tidak ada artinya. Namun, bagi anak, aktifitas itu merupakan pengalaman belajar yang penting.
            Mencoret-coret atau mengguratkan tulisan cakar ayam merupakan salah satu aktivitas yang lazim dilakukan anak usia 1-3 tahun. Meskipun seperti gambar benang kusut, hal ini merupakan salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak.  Menggambar merupakan bagian dari tahap perkembangan kognitif dan motorik halus anak. Perilaku ini juga bagian dari cara si kecil mengekspresikan emosinya. Inilah ‘catatan permanen’ pertama si kecil. Tahap ini selanjutnya akan berkembang menjadi keterampilan menggambar, melukis, dan akhirnya menulis.
            Hal yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan kreativitasnya dalam menggambar adalah dengan menyediakan ruang khusus di rumah, misalnya art corner (pojok kreasi). Jika ia ingin mencoret-coret dinding, lapisi sudut dinding tertentu di rumah dengan kertas karton atau tripleks melamin (white board). Atau bisa kita sediakan kertas atau buku gambar, dan menyediakan material atau alat tulis berbahan non toxic. Memajang hasil karya anak akan lebih memotivasinya.
            Hal yang   bisa mematikan kreativitas anak adalah membatasi atau mengarahkan anak saat membuat coretan, atau memberikan hukuman.

            Sesungguhnya perilaku coret-coret adalah bagian dari perkembangan anak. Mungkin’noda’yang ditinggalkan si kecil berarti pekerjaan baru, namun sebaiknya singkirkan rasa jengkel kita. Anak membutuhkan dukungan kita pada tahapan ini.  Biarkan mereka bebas mengekspresikan daya imajinasi, dan kreativitasnya. 

by : Baldwine Honest Gunarto

( Dimuat di Harian TRIBUN KALTIM. Minggu, 15 Februari 2015 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...