Langsung ke konten utama

BAHASA HATI, BAHASA CINTA


            Setiap orangtua pasti sayang kepada anaknya. Cara  mengungkapkan rasa sayangpun  banyak caranya. Namun, adakalanya anak tidak peka dengan ungkapan sayang orangtua.  Kita mencintai mereka dengan segenap hati, namun anak belum tentu menerima demikian. Bahasa cinta yang kita kemukakan ternyata tidak diterima sebagai bahasa cinta oleh anak-anak.
            Menurut Gary Champan dalam bukunya “The five love languages of children”,  pada dasarnya terdapat lima cara dimana anak dapat memahami dan mengekspresikan cinta. Inilah yang dimaksud denga lima bahasa cinta yaitu : sentuhan fisik, kata-kata mendukung, waktu bersama, pemberian hadiah, dan  pelayanan.
1.    Sentuhan fisik
Pesan kasih sayang akan tersampaikan dengan jelas melalui sentuhan fisik yang dapat berupa pelukan lembut, tepukan di punggung, mengusap kepala, dan lain-lain.
2.    Kata-kata mendukung.
Dengan tulus, kita katakan “mama sayang padamu, nak” atau “mama bangga dengan mu, nak” atau saat kita jauh kita bisa ungkapkan “mama/papa kangen lho sama adik”. Saat anak bersedih karena tidak bisa melakukan sesuatu hal kita bisa katakan “kamu pasti bisa, nak”.
3.    Waktu berkualitas.
Waktu berkualitas adalah bahasa cinta yang perwujudannya dengan memberikan waktu dan perhatian kita secara penuh. Misalnya menemani mereka bermain, menonton TV   atau makan malam bersama,
4.    Hadiah
Untuk tipe anak dengan bahasa cintanya hadiah  (ketika anak telah melakukan sesuatu yang pantas) berikanlah hadiah. Cirinya anak akan bahagia dan kegirangan ketika menerima hadiah.
5.    Layanan
Bahasa cinta layanan adalah memberikan layanan kepada anak terhadap suatu hal yang belum mampu ia kerjakan sendiri, memberikan arahan, dukungan, bimbingan secara perlahan dan penuh kesabaran. Misalnya memperbaiki mainannya yang rusak, mengajarinya bermain sepeda, dan lain;lain.
Umumnya setiap anak dapat menerima cinta melalui kelima bahasa di atas, namun biasanya ada satu bahasa yang paling dominan pada masing-masing anak, di mana ia dapat merasakan cinta melebihi bahasa lainnya. Pemahaman terhadap Bahasa Cinta yang dominan pada masing-masing anak inilah yang dapat membantu orangtua dalam memberikan cinta dan berkomunikasi dengan anak secara lebih efektif.


by : Baldwine Honest Gunarto

(Dimuat di Harian Tribun Kaltim, Minggu, 27 Desember 2015)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...