Langsung ke konten utama

ASYIKNYA MENJADI INSINYUR SIPIL

RESENSI BUKU



Buku ini adalah memperkenalkan tentang profesi Insinyur Teknik Sipil kepada anak. Dikemas dalam bentuk cerita yang menarik, memberikan pemahaman yang sederhana kepada anak mengenai lingkup pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab,  jenjang sekolah yang harus ditempuh, suka duka, serta hal-hal yang harus dipersiapkan oleh anak sejak dini bila ingin menjadi Insinyur Teknik Sipil.
Tokoh utama dalam buku ini bernama Sandi, yang tertarik dengan pembangunan konstruksi sebuah Plaza. Sandi diperkenalkan neneknya dengan om Budi, yang ternyata bekerja di kontraktor yang membangun plaza tersebut. Maka terjadilah perbincangan seru antara Sandi dan om Budi tentang profesi Insinyur Teknik Sipil.
Dijelaskan pertama oleh om Budi, bahwa pekerjaan Insinyur Sipil itu ada tiga jenis. Pertama mengerjakan konstruksi bangunan yang berhubungan dengan air. Misalnya membuat irigasi, bendungan, atau waduk. Kedua, mengerjakan bangunan yang istilahnya ‘kering’ atau tidak berhubungan dengan air. Yang ini contohnya banyak, gedung bertingkat, rumah tinggal, pasar, plaza, pabrik, dan lain-lain. Ketiga, mengerjakan proyek konstruksi sarana transportasi, antara lain, jalan raya, terminal bus, bandar udara, jembatan layang, dan lain-lain. Dalam pembangunan gedung,  pertama-tama insinyur sipil harus membuat perencanaan, dan harus bekerjasama dengan arsitek.
Kemudian dijelaskan  mengenai perencanaan dan pembangunan yang baik dan aman. Sandi membayangkan konstruksi gedung tinggi tersebut sudah menjadi sebuah supermarket yang dikunjungi banyak orang, pastilah bebannya luar biasa. Lalu terjadilah percakapan, bahwa selain beban, bangunan yang akan dibangun nantinya juga dapat tahan terhadap cuaca dan bencana alam.  “Pokoknya, insinyur sipil harus memastikan bahwa bangunan benar-benar cukup kuat dan nyaman” jelas om Sandi. Kecuali itu, harus ada juga perencanaan dan perhitungan biaya bangunan.
Ilustrasi yang ada dalam buku ini menarik, karena berhubungan dengan pembangunan konstruksi sesuai penjelasan yang ada di halaman tersebut. Anak-anak yang membaca buku ini pasti bisa membayangkan apa dan bagaimana pekerjaan seorang Insinyur Teknik Sipil. Ketika pada bab tentang  keselamatan kerja, maka ilustrasi yang disajikan adalah para pekerja bangunan dengan helm dan sepatu khusus proyek. Juga beberapa pekerja di ketinggian yang memakai tali penyelamat. Dijelaskan juga tentang tower crane, yang digunakan untuk mengangkut material sampai ke lantai atas.
Bagian akhir dari buku, adalah penjelasan tentang jenjang sekolah yang harus dilalui untuk menjadi seorang Insinyur Teknik Sipil, dan pelajaran apa saja yang harus dikuasai, Selain itu, insinyur sipil harus mempunyai fisik yang kuat.
Sandi pun akhirnya bercita-cita menjadi seorang insinyur teknik sipil. Om Budi dan neneknya menasehati Sandi agar tetap rajin dan semangant belajar. Maka perbincangan antara mereka selesai
Setelah membaca buku ini, anak bisa bertambah ilmu tentang profesi Teknik sipil, dan bisa memotivasi mereka untuk mempunyai cita-cita yang diinginkan, dan pentingnya berusaha untuk mencapai cita-cita tersebut.

By : Baldwine Honest Gunarto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtua, baik peran ayah dan ibu  sangat mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan anak. Mereka harus melibatkan diri sec

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK             Afeksi adalah suatu bentuk kebutuhan cinta dan kasih sayang yang di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima. Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan dan persahabatan yang ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan afeksi adalah pada saat usia dini. Karena, kekurangan afeksi saat usia dini dapat membahayakan perkembangan anak hingga dewasa.             Seorang anak, sejak lahir membutuhkan kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Kita sebagai orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan lebih baik sejak anak kita berada di dalam kandungan.             Namun, bisa saja karena suatu hal, anak tidak terpenuhi kebutuhan afeksi tersebut. Bisa jadi karena orang tua mereka dalam kondisi tertekan, tidak bahagia, tidak harmonis, atau berada di lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang yang penuh