Saat anak sudah mulai bisa berjalan,
memanjat, dan berlari, maka lingkungan sekitarnya menjadi sangat menarik untuk dijelajahinya.
Namun rasa frustasipun mulai muncul pada diri anak, dikarenakan larangan dan
peraturan yang ada dan keinginan melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Misalnya, anak ingin ke taman bermain tetapi orangtua mengajaknya ke
supermarket dengan sejuta larangan: tidak boleh memegang benda-benda, tidak
boleh berlari, tidak boleh ini-itu. Oleh karenanya, semakin banyak kata “tidak”
yang didengar oleh anak-anak di usia ini, semakin senang pula mereka
mengucapkannya, sehingga malah cenderung bersikap negatif . Banyaknya larangan
ini menimbulkan rasa frustasi yang terkadang terungkap dalam bentuk mengamuk
atau perilaku agresif.
Tidak ada orangtua yang sempurna,
begitu juga dengan anak. Tentu saja setiap orangtua mengharapkan anaknya
menjadi anak yang penurut, berperilaku baik dan sopan. Namun, balita yang
sedang dalam masa perkembangannya akan mencoba belajar banyak hal, sebab, dan
akibat, termasuk menarik perhatian orangtuanya.
Semua ini bagian dari tahap belajar
anak, dan melalui pengalaman itu, anak belajar bagaimana harus berperilaku.
Orangtua memberi pengaruh pada
perilaku anak. Orangtua yang stress atau kelelahan dalam merawat si kecil dapat
memberikan perasaan negative terhadap anaknya dan mempengaruhi reaksi ketika
menghadapi perilaku anak. Hal ini
menjadikan perilaku anak menjadi semakin tidak terkendali . Oleh karena itu
apabila permasalahan ini muncul, mungkin orangtua harus instropeksi , apakah
permasalahan ada pada diri sendiri atau pada anak. Apabila merasa bahwa
persoalan perilaku anak berasal dari sikap orangtua, maka sediakan waktu bagi
diri sendiri untuk mengatasinya sebelum menyelesaikan permasalahan dengan si
kecil.
Kebutuhan anak yang utama adalah
cinta dan kasih sayang. Kita bisa menyampaikan lewat ucapan, maupun sentuhan
dan pelukan. Mendengarkan ketika si kecil berbicara, dan jangan pelit untuk
memuji.
Kita perlu melihat segala hal dari sudut
pandang si keci;. Sesuatu yang dirasa ringan oleh orang dewasa mungkin tidak
demikian halnya bagi si kecil. Dengan demikian kita bisa merasakan rasa
frustasinya.
by : Baldwine Honest Gunarto
( Dimuat di Harian TRIBUN KALTIM.
Minggu, 27 September 2015 )
Komentar
Posting Komentar