Langsung ke konten utama

BERI WAKTU DAN PERHATIAN LEBIH KEPADA ANAK


Anak usia dini sangat membutuhkan perhatian dari orang-orang terdekatnya. Jangan biarkan masa kanak-kanak mereka berlalu begitu saja tanpa merasakan kasih sayang orang tuanya. Sebagai pendidik anak usia dini, kami  bisa melihat beberapa kasus kurangnya perhatian orangtua ke anak adalah sebagai berikut :
1.      Orangtua yang sibuk bekerja.
Kedua orangtua yang terlalu sibuk bekerja adalah pilihan, namun ketika anak akhirnya terabaikan itu yang patut dijadikan perhatian. Ketika anak lebih banyak diasuh pembantu, maka akan sangat banyak membawa dampak kepada anak. Ada beberapa pembantu yang sangat kasar kepada anak, baik saat memakaikan sepatu, ataupun saat menyuapin mereka makan. Anak menjadi trauma saat melihat makanan, juga terlihat jadi suka membentak.
2.      Bersikap kasar dalam mengasuh anak.
Ada juga kasus ibunya atau ayahnya tidak bekerja, namun sangat keras dalam mendidik anaknya. Mereka sering menghukum anak di kamar mandi, dan memberikan pukulan apabila anak tidak menurut. Sesampai di sekolah, biasanya anak menjadi egois dan suka memukul temannya, sebagai ungkapan balas dendam. Sering ketika anak berperilaku demikian, kami para guru mengajak mereka berbicara dengan lembut. (biasanya kami pangku dan diusap punggungnya). Anak akan bercerita sambil menangis, “mama sering pukul aku, kenapa aku enggak boleh memukul juga”.
3.      Orangtua sibuk dengan gadget.
Kasus lain adalah orangtua yang sibuk dengan gadget. Entah sibuk dengan media sosial atau bisnis online, anak menjadi tidak terperhatikan. Anak jarang diajak berbicara, ataupun menemani anak-anaknya bermain. Biasanya mereka menyediakan gadget juga untuk teman anak, atau memberikan kartun televisi utuk mereka belajar berbicara. Akibatnya, anak jadi pasif, terlambat berbicara, susah bersosialisai, dan perilakunya mencontoh apa yang ditontonnya.
           
Dari beberapa kasus di atas, terlihat bahwa perhatian orangtua terhadap anak adalah hal yang terpenting. Biasanya kami para guru akan berkomunikasi kepada orangtua anak, apabila memang ada anak dengan perilaku khusus demikian. Kerjasama dan menyatukan visi antara orangtua dan guru sangat penting disini.
            Memberikan perhatian bukan hanya sekedar materi, namun “waktu kita” untuk mengajak mereka berbicara, bermain, dan melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Mendekap ketika mereka menangis, meluangkan waktu di sela-sela kesibukan bekerja, merangkul dan memeluk anak saat membutuhkan perlindungan, mendengarkan dan menatap matanya saat mereka berbicara, memberikan kecupan sebelum tidur, dan lain-lain.  Cinta, kasih sayang dan ketulusan dari orangtua, guru, dan orang dewasa di sekitar anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang mereka, baik dari jasmani maupun rohaninya. Jangan sia-siakan masa keemasan mereka, karena mereka tidak selamanya kecil.


by : Baldwine Honest Gunarto

( Dimuat di Tribun Kaltim. Minggu, 30 Oktober 2016 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...