Langsung ke konten utama

Memahami Arti Cinta


            Ada banyak cara untuk memperlihatkan kasih sayang orangtua kepada putra putrinya. Sebagai makhluk sosial, setiap orang perlu memiliki rasa kasih dan saling menyayangi sesamanya, terlebih untuk sang buah hati. Ungkapan cinta sangat penting bagi perkembangan psikologis seorang anak. Tanda cinta orangtua diberikan sejak anak dalam kandungan, sentuhan lembut saat bayi, dan terus hingga mereka tumbuh dewasa.
            Pada dasarnya, anak belajar mencintai dan dicintai  dari orangtuanya. Anak akan memperhatikan perilaku orangtua untuk  mengetahui apakah dia pantas untuk dicintai atau tidak. Lewar ayah-ibu, terciptalah pondasi pemahaman diri anak, khususnya melalui tindakan dan kata-kata  mereka. Memahami arti kasih sayang secara timbal balik sudah sepatutnya didapatkan setiap anak, tanpa ada perbedaan. Cara efektif untuk mengungkapkan perasaan kita kepada anak adalah dengan memperhatikan responnya.
            Menurut Gary Chapman dan Ross Champbel dalam bukunya “The First Love Language of Children” ada lima hal yang dapat menjadi acuan dasar dalam mengungkapkan dan memahami kasih sayang antara anak dan orangtuanya.  Lewar sentuhan fisik (misalnya sentuhan, pelukan, tepukan hangat), kata-kata yang menenangkan (misalnya, mama sayang padamu, nak), waktu yang berkualias (menghabiskan waktu bersama dengan hal-hal yang menyenangkan), hadiah (sebagai apresiasi), dan tindakan yang melayani (mendengarkan dan memperhatikan anak).
            Hal lain yang memperkuat wacana anak tentang arti kasih sayang adalah dengan menjadi sahabat bagi mereka. Membantu anak mengatasi konflik, atau membantu mereka mengatasi kesedihan. Ajak anak berbagi perasaan apa yang mereka alami, dan dengarkan apa yang mereka sampaikan dengan penuh perhatian.
            Selain itu, anak-anak dan remaja membutuhkan sesuatu untuk membantu mereka mengatasi situasi yang berkaitan dengan emosi dan interaksi sosialnya. Jika anak tidak mempercayai dan tidak berhubungan baik dengan kedua orangtuanya, niscaya mereka akan kehilangan “pegangan” untuk beradaptasi dengan dunia luar.
            Kuncinya adalah mencoba untuk memberikan perhatian, menghormati keberadaannya, dan menyayangi anak-anak kita dengan tulus, agar mereka merasa aman, nyaman, dan terlindung dalam keluarga. Dengan begitu, bukan mustahil bila suatu saat terucap dari hati mereka yang bening, “Aku sayang Mama dan Papa”. Arti cinta telah mereka pahami.


by : baldwine honest g

( Dimuat di Tribun Kaltim, Minggu, 09 Oktober 2016 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...