Langsung ke konten utama

MENGAJARKAN DISIPLIN PADA ANAK


            Mengajarkan disiplin pada anak sebenarnya sudah dapat dimulai sejak bayi, seperti mengajarkan waktu makan, waktu tidur, dan rutinitas lainnya. Namun tentu saja harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan setiap anak. Pada usia balita, anak mulai belajar untuk mengontrol tubuh dan perilakunya, sehingga merupakan waktu yang tepat untuk pendidikan disiplin.
            Apa arti disiplin sebenarnya? Kebanyakan orang mengartikan disiplin sebagai memberikan hukuman bila anak berperilaku buruk atau sebaliknya mendidik anak untuk berperilaku baik. Pengertian disiplin yang  sebenarnya adalah membina perilaku dan kebiasaan baik yang dapat diterima dan membantu anak menjadi semakin mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain.
            Setiap keluarga mempunyai bentuk pendekatan disiplin yang berbeda dan setiap anak adalah individu yang berlainan sehingga pendekatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan sifat dasar masing-masing anak. Apapun bentuk disiplin yang ingin diterapkan, sebaiknya disesuaikan dengan usia anak dan diberikan dengan cara yang mudah dimengerti sesuai tahap perkembangannya serta menyenangkan anak.
Pembinaan disiplin dimulai dari pembiasaan yang baik dari orangtuanya, karena pada prinsipnya anak adalah peniru.  Bisa dari kegiatan rutinitas sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, belajar menggosok gigi, dan membereskan mainannya. Membina disiplin, seperti mengajarkan anak sejak dini mengucapkan salam saat bertemu atau berpisah dengan seseorang, dan mengucapkan terima kasih juga berpengaruh terhadap perkembangan sosialnya. Anak akan lebih peka terhadap keadaan sosialnya. Dia bisa mengerti perasaan orang lain, menghormati orang lain, dan memiliki rasa empati terhadap orang lain.
            Yang paling utama dalam mengajarkan disiplin  adalah sikap konsisten dari kedua orangtuanya ataupun orang dewasa di sekitar anak, agar anak tidak bingung dengan peraturan yang ada. Dan sebaiknya menjelaskan peraturan yang ingin diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak sesuai usia dan perkembangannya, juga dijelaskan alasannya. Misalnya, anak harus meggosok gigi untuk menjaga kebersihan mulutnya dan agar giginya tidak berlubang.

            Memberikan pujian dan pelukan saat anak berperilaku baik akan membangun tasa percaya diri anak.  Apabila anak berperilaku tidak sesuai yang diharapkan, sebaiknya jangan langsung menghukumnya, namun mencoba mencari tahu penyebabnya, dan memahami bahasa emosinya.  Kemudian kita komunikasikan  Ini lebih baik untuk memudahkan kita membina perilaku anak.  Mengajarkan disiplin kepada anak, adalah dengan cinta, kasih, dan memberikan contoh perilaku yang terbaik.     

by : Baldwine Honest 

 ( Dimuat di Harian TRIBUN KALTIM. Minggu, 15 Mei 2015 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtua, baik peran ayah dan ibu  sangat mempengaruhi perkembangan dan kecerdasan anak. Mereka harus melibatkan diri sec

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangis, ia tidak peduli, karena ia

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK

KEBUTUHAN AFEKSI PADA ANAK             Afeksi adalah suatu bentuk kebutuhan cinta dan kasih sayang yang di dalamnya terdapat unsur memberi dan menerima. Afeksi dapat meliputi perasaan kasih sayang, rasa kehangatan dan persahabatan yang ditunjukkan pada orang lain. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk memberi dan menerima afeksi. Saat yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan afeksi adalah pada saat usia dini. Karena, kekurangan afeksi saat usia dini dapat membahayakan perkembangan anak hingga dewasa.             Seorang anak, sejak lahir membutuhkan kasih sayang dari lingkungan terdekatnya. Kita sebagai orang tua harus bisa memenuhi kebutuhan tersebut, dan akan lebih baik sejak anak kita berada di dalam kandungan.             Namun, bisa saja karena suatu hal, anak tidak terpenuhi kebutuhan afeksi tersebut. Bisa jadi karena orang tua mereka dalam kondisi tertekan, tidak bahagia, tidak harmonis, atau berada di lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang yang penuh