Langsung ke konten utama

MENGENAL NASIONALISME


            Rasa Nasionalisme dan nuansa merah putih selalu terlihat menyambut hari kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya.  Bendera yang berkibar di depan rumah dan sekolah, umbul-umbul dan hiasan-hiasan terpasang dipinggir jalan dan gapura membuat semarak tempat-tempat di seluruh penjuru tanah air. Beragam lombapun diadakan, dan masyarakat sangat bersemangat untuk berpartisipasi. Saat-saat seperti ini tidak boleh kita lewatkan, karena inilah saat yang tepat bagi kita sebagai orangtua untuk menanamkan nilai karakter cinta tanah air kepada anak-anak kita.
Cinta tanah air meliputi rasa bangga menjadi anak Indonesia, bangga dengan ragam budaya dan keindahan alam Indonesia, juga menghormati beragam perbedaan yang ada di Indonesia.
Mengajak anak memasang bendera atau menghias lingkungan, sambil kita jelaskan arti dari bendera merah putih, perjuangan para pahlawan agar merah putih berkibar, akan  membuat mereka memahami dan bangga dengan Indonesia. Saat mengikuti lomba-lomba yang diadakan di limgkungan terdekat maupun di sekolah, kita bisa menjelaskan tentang keberagaman. Para peserta lomba yang terdiri dari beragam suku, agama, bahasa, tetap rukun menyatu, karena satu bangsa Indonesia. Dengan keanekaragaman budaya, semua bergembira menyambut ulangtahun kemerdekaan. Menang dan kalah bukan tujuan, tapi bagaimana rasa kepedulian kita untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh masyarakat. Alangkah lebih baik, bila pada saat lomba-lomba tersebut, diperdengarkan lagu-lagu kebangsaan , karena membuat anak semakin mengenal lagu-lagu nasional yang ada di Indonesia.

Anak akan melihat bagaimana orang dewasa terdekat berbuat dan bersikap, karena mereka belajar dari apa yang lingkungan terdekat lakukan. Dengan kerukunan, gotong royong dan semangat nasionalisme yang mereka saksikan dan alami di lingkungan mereka berada, akan lenih mengena dalam menanamkan nilai karakter cinta tanah air di hati mereka. Di tangan para penerus generasi inilah, masa depan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat akan terwujud. Selamat merayakan hari kemerdekaan… merdeka !.

by : Baldwine Honest Gunarto

( Dimuat di Harian TRIBUN KALTIM. Minggu, 16 Agustus 2015 )


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENDIDIK ANAK SECARA MENYELURUH

Di dalam diri seorang anak, terdapat tiga daya yang harus dikembangkan. Yaitu daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif). Menurut tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, untuk menjadi manusia seutuhnya, ketiga daya tersebut harus diwujudkan dan dikembangkan. Atau sesuai dengan ungkapan “educate the head, the heart, and the hand !” . Head, berarti anak cerdas ilmu pengetahuan, Heart berarti cerdas karakternya, dan Hand, anak bisa terampil dan berkembang motoriknya.             Orangtua yang baik, adalah orangtua yang bisa mendidi anak-anaknya berkembang optimal, baik head, heart, maupun hand nya. Untuk anak usia dini, tentu saja dengan kegiatan yang menyenangkan, pembiasaan kegiatan-kegiatan yang baik, menjadi model terbaik bagi anak, dan dengan aktivitas yang menggunakan semua indra anak.              Keterlibatan dan kasih sayang orangtu...

Anak yang “Bossy”

            Pernahkah bertemu dengan anak yang suka memerintah siapa saja untuk memenuhi keinginannya? Jika tidak terpenuhi, maka anak tersebut akan berteriak-teriak. Wajarkah perilaku tersebut ? Banyak anak bertingkah seperti layaknya bos dan suka memerintah orang tua, kakak atau teman sebayanya. Meskipun terlihat alami dan jujur, tapi perilaku yang suka memerintah (bossy) ini tidak bisa ditoleransi. Karena jika sifat tersebut tidak berubah, anak akan mengalami kesusahan untuk bisa mendapatkan teman. Dan hal ini akan memicu anak melakukan kekerasan agar mendapat perhatian atau bisa diterima. Sifat “bossy” tersebut biasanya disebabkan oleh perasaan ego. Menurut teori dari Jean Piaget, fase egosentrisme umumnya muncul pada usia 15 bulan, disebabkan oleh ketidakmampuan anak melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi semua masalah akan diteropong dari sudut pandang anak. Misalnya, saat anak merebut mainan temannya, meskipun temannya menangi...

Memahami Sudut Pandang Anak

Tribun Kaltim, 08 Januari 2018 Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta perubahan perilaku dari individu yang relatif permanen karena suatu pengalaman, bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian tersebut, berarti konsep belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu Mengalami (dengan interaksi), dan Perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah : Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan),  dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir), dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku), dan dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku) Anak-anak memiliki sudut pandang yang tak selalu sama dengan orang dewasa. Jika kita dapat melihat sudut pandang anak, itu akan meningkatkan efektivitas komunikasi kita dengan mereka. Dalam konteks belajar, itu juga akan membuat kita bisa memberikan pendekatan yang tepat untuk membuat mereka menikmati hari-harinya dan senang belajar. 1. Anak tertarik dengan  se...